Saturday, June 25, 2011

Kandungan dan Manfaat susu kedelai (Sari kedelai)

Tugas Farmakognosi

Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa polisakarida yang terkandung dalam kedelai mampu menekan kadar glukosa dan trigliserida postpandrial, serta menurunkan rasio insulin-glukosa postpandrial (setelah makan). Hal ini membuktikan bahwa kandungan polisakarida pada kedelai mampu mengendalikan kadar gula darah yang berlebih dalam tubuh. Diabetes Mellitus muncul akibat dari kurang berfungsinya atau terganggunya fungsi insulin, sehingga kadar gula darah meningkat sampai jauh melebihi batas normal. Asupan susu kedelai dapat membantu mengendalikan kadar gula darah yang melebihi batas normal tersebut, sehingga sangat membantu mengendalikan gejala penyakit gula ini. Protein yang terkandung dalam kedelai diketahui kaya akan asam amino arginin dan glisin. Kedua asam amino ini merupakan komponen penyusun hormon insulin dan glukogen yang disekresi oleh kelenjar pankreas dalam tubuh kita. Karena itu makin tinggi asupan protein dari kedelai, sekresi hormon insulin dan glukogen ke dalam jaringan tubuh akan makin meningkat. Dengan meningkatnya kadar hormon insulin ini, kadar glukosa darah akan berkurang karena sebagian akan diubah menjadi energi. Inilah yang pada akhirnya membuat gejala diabetes dapat ditekan. Selamat mencoba dan merasakan manfaat susu kedelai pada tubuh kita!

PENGOLAHAN

Jika susu kedelai dibuat dengan cara yang tidak baik, susu itu akan mengandung senyawa-senyawa antigizi dan senyawa penyimpan cita rasa bahan baku kedelainya. Senyawa antigizi itu antara lain adalah antitripsin, hemaglutinin, asam fitat, dan oligosa karida, yang menyebabkan timbulnya gas dalam perut orang yang mengkonsumsinya sehingga perutnya menjadi kembung. Dalam proses pembuatan susu kedelai, munculnya senyawa-senyawa ini sangat di hindari. Selain itu, selama proses pengolahan tersebut berlangsung, faktor higienitas atau kebersihan sangat diperhatikan sehingga yang dihasilkan adalah susu dengan mutu terbaik dan aman buat di konsumsi.

KANDUNGAN

Menurut penelitian, 100 gram (g) susu kedelai pada umumnya mengandung 91,4 g air, 2, 8 g protein, 1,5 g lemak, 3,6 g karbohidrat, 0,1 g serat, 0,37 mcg vitamin, sejumlah kecil mineral, dan lain-lain. Sebagian besar dari kandungan ini memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dan dibutuhkan oleh tubuh, baik untuk memperlancar metabolisme maupun untuk pertumbuhan, perbaikan sel yang rusak, sebagian sumber energi, ataupun untuk menambah imunitas.

KARBOHIDRAT

Karbohidrat merupakan merupakan sumber energi atau tenaga didalam tubuh. Tanpa karbohidrat seseorang akan lemas, tidak bertenaga dan akhirnya sakit. Tapi, bagi mereka yang mengkonsumsi kedelai untuk tujuan kesehatan, yang mereka cari bukanlah kandungan karbohidratnya ini,melainkan kandungan senyawa-senyawa lainnya. Kebutuhan karbohidrat dapat mereka penuhi dengan mengkonsumsi beras, jagung, gandum, atau serealia lainnya.

SERAT

Serat merupakan jenis zat gizi yang sangat berperan dalam memperlancar proses pencernaan didalam tubuh. Kekurangan serat membuat seseorang mengalami kesulitan dalam proses buang air besar. Kondisi yang parah bahkan bisa menyebabkan kematian. Selain kedelai, sumber bahan nabati berserat cukup banyak, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, agar-agar, dan sebagainya. PROTEIN Protein sangat berguna untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan yang rusak, penambah imunitas tubuh, dan lain-lain. Protein pada susu kedelai tersusun oleh sejumlah asam amino, seperti: · lesitin · arginin · lisin · glisin · niasin · leusin · isoleusin · treonin · triptofan · fenilalanin Asam-asam amino ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh serta perkembangannya, terutama lesitin. Selain pada biji kedelai, lesitin sangat banyak terdapat pada susu dan telur. Protein sangat dibutuhkan oleh manusia pada tingkat usia manapun., terutama mereka yang banyak mengeluarkan tenaga seperti para pekerja kasar dan olah ragawan. Busung lapar adalah salah satu contoh penyakit yang banyak terjadi pada maasyarakat Indonesia akibat kekurangan protein. Yang menjadi unggulan kedelai dibanding bahan tanaman lainnya adalah kandungan proteinnya yang tinggi dan komposisinya. Komposisi protein susu kedelai hampir sama dengan yang terkandung pada susu sapi. Memang susu kedelai tidak mengandung sistein dan metionin sebagaimana halnya susu sapi, tapi kandungan lisinya lebih tinggi disbanding susu sapi. Oleh karena itu, susu kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi, terutama bagi mereka yang alergi terhadap susu sapi. Orang yang alergi terhadap susu sapi biasanya adalah orang yang tidak punya enzin lactase pada pencernaannya. Atau, kalaupun punya, jumlahnya tidak normal. Karena susu sapi banyak mengandung laktosa, maka pencernaan orang tersebut tidak mampu mencerna laktosa karena laktosa harus dicerna dengan bantuan enzim tersebut. Ini biasanya menyebabkan terjadinya diare pada orang tersebut setiap kali ia minum susu sapi.

ISOFLAVON

Ikatan sejumlah asam amino dengan vitamin dan beberapa zat gizi lainnya dalam biji kedelai ada yang membentuk flavonoid. Flavonoid adalah sejenis pigmen, seperti halnya zat hijau daun yang terdapat pada tanaman yang berwarna hijau. Senyawa ini biasanya memiliki ciri khas, yaitu mengeluarkan bau tertentu. Bau langu yang terdapat pada biji kedelai adalah salah satu tanda bahwa dalam biji tersebut terdapat flavonoid. Secara ilmiah, flavonoid sudah dibuktikan mampu mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Dan salah satu jenis flavonoid yang sangat banyak terdapat pada biji kedelai dan amat bermanfaat bagi kesehatan adalah isoflavon.. Isoflavon pertama kali dikenal sebagai obat pada awal tahun 1990-an oleh seorang ahli berkebangsaan Amerika yang bernama Gyorgy. Selain sebagai anti oksidan, isoflavon juga dikenal sebagai estrogenic, antiosteoporosis, antiatherosklerosis, dan lain-lain. Nagata, seorang peneliti Jepang, pada tahun 1998 menganjurkan setiap manusia mengkonsumsi isoflavon kedelai sebanyak 50-100 mg perhari. Secara detail, fungsi isoflavon itu bagi tubuh adalah untuk : · Melancarkan metabolisme · Melancarkan pencernaan · Merupakan nutrisi pelengkap · Meningkatkan sistem imunitas · Memperkuat strukturmatriks tulang · Menstabilkan tekanan darah · Menurunkan kadar kolestrol darah · Menstabilkan kadar gula darah · Mencegah obesitas · Mencegah penyakit ginjal · Mengurangi gejala jantung koroner (kardiovaskuler) · Mengurangi gejala stroke · Mengurangi gejala rematik dan asam urat · Mengurangi gejala maag · Menghilangkan rasa lelah dan lesu · Mengurangi gejala symptom menopause · Memperlambat penuaan sel · Mencegah tumbuhnya kanker, terutama kanker payudara dan prostate · Menambah daya ingat dengan meningkatkan fungsi kognitif Untuk lebih jelasnya, beberapa diantara manfaat dan kajian ilmiah tentang isoflavon susu kedelai ini akan diuraikan dilembaran berikutnya

VITAMIN

Pada susu kedelai terdapat beberapa jenis vitamin, yaitu: · Vitamin A · Vitamin B1 · Vitamin B2 · Vitamin E Vitamin merupakan molekul organic yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin A pada biji kedelai berasal dari karoten, yang merupakan bahan dasar vitamin A. Vitamin A sangat diperlukan dalam membantu kelancaran fungsi organ penglihatan dan pertumbuhan tulang. Vitamin B1 atau yang sering disebut tianin sangat berperan dalam reaksi-reaksi dalam tubuh yang menghasilkan energi, dan kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terganggunya transmisi syaraf. Gejala kekurangan vitamin ini adalah lelah, hilang nafsu makan, berat badan menurun, dan gangguan pencernaan. Kekurangan vitamin B1 yang berlebihan dapat menyebabkan penyakit beri-beri dan terganggunya kerja syaraf. Vitamin B2, yang juga disebut riboflavin, merupakan pigmen yang banyak terdapat pada susu, bail susu sapi susu manusia, maupun susu kedelai. Vitamin ini berperan dalam memperlancar metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin B2 dapat menyebabkan gejala retak-retak pada kulit terutama disudut bibir, retak-retak dilidah, mata perih dan cepat lelah bila kena cahaya, serta (hampir sama dengan kekurangan vitamin A) dapat menyebabkan penglihatan menjadi buram. Sedangkan vitamin E dibutuhkan untuk melancarkan proses reproduksi dan proses menstruasi, menegah impotensi, keguguran, dan penyakit jantung kardiovaskuler, meningkatkan produksi air susu, membantu memperpanjang umur, dan sebagai antioksidan. Orang yang rajin mengkonsumsi antioksidan akan terlihat lebih muda ketimbang orang yang jarang mengkonsumsinya.

MINERAL

Zat lain yang terdapat pada susu kedelai adalah mineral, seperti: · kalsium · zat besi · fosfor · sodium Mineral berfungsi dalam menambah kekuatan struktur tulang, gigi, dan kuku, serta dapat menambah daya tahan tubuh terhadap gangguan penyakit. Selain itu, mineral juga berfungsi dalam proses reproduksi pertumbuhan tulang mereka yang menuju dewasa.

Read more »

Tuesday, June 21, 2011

Jawaban Soal Pak Anas

1. Bagaimana piridoksin mampu mengurangi efek neuropatologik yang disebabkan oleh obat INH yang digunakan untuk pengobatan tuberkulosis?
Jawab:
Piridoksin mencegah perubahan neuropatologik yang berhubungan dengan menghilangnya vesikel sinaps, membengkaknya mitokondria, pecahnya akson terminal. Hal ini dilakukan piridoksin dengan cara meningkatkan ekskresi INH ke dalam urin

2. Mengapa pada fase awal pengobatan Tuberkulosis dilakukan setiap hari sedangkan pada fase lanjutan dilakukan dua sampai tiga kali tiap minggu tidak setiap hari?
Jawab:
Fase awal bertujuan untuk menghancurkan ekstrasel bakteri secara cepat karena pertumbuhan bakteri sedang sangat cepat. Setelah bakteri sudah berkurang dilanjut fase ke dua, bakteri berkembang lambat, maka waktu pemberian diperpanjang
Read more »

Friday, June 10, 2011

Tablet Bersalut

Tablet bersalut adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang cocok untuk maksud dan tujuan tertentu. Tablet salut film adalah tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna (Depkes RI,1979).
Perbedaannya dengan salut gula adalah tablet salut gula merupakan tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Supaya dapat menahan bantingan selama proses penyalutan tablet inti harus memiliki resistensi dan kekerasan yang cukup di dalam panci penyalut yang berputar terus menerus selama proses berlangsung. Kekerasan yang cukup juga akan berperanan memperlambat penyalut pada waktu dilakukan penyalutan dan sebaiknya permukaan tablet berbentuk. Bentuk tablet inti yang ideal untuk disalut ialah: sferis, elip, bikonvek bulat atau bikonvekoval. Tinggi antara permukaan tablet sedapat mungkin agak rendah. Pada bentuk ini sesudah dibasahi dengan cairan penyalut, kemungkinan hanya terjadi lengketan pada satu titik tertentu saja dari sisi tablet dan perlekatan ini hanya akan berlangsung selama periode waktu relative singkat karena segera terlepas lagi pada waktu terjadi gerakan panci penyalut. Kelebihan salut film dibanding dengan salut gula ialah lebih tahan terhadap kerusakan akibat goresan, bahan yang dibutuhkan lebih sedikit dan waktu pembuatannya lebih sedikit (Ansel, 1989).
Beberapa keuntungan penggunaan teknologi film coating yaitu :
(1) waktu proses yang lebih cepat
(2) pengurangan luas area produksi
(3) peningkatan berat yang minimum
(4) otomatisasi, seiring dengan perkembangan teknologi proses penyalutan lapis tipis dapat diotomatisasi (Basri, 2009).
Dalam penyalutan lapis film pada tablet biasanya mengandung jenis-jenis bahan seperti polimer (pembentukan selaput), plasticizer, surfaktan, pewarna, pemanis/perasa/pengharum, pengkilap, dan pelarut. Bahan polimer yang digunakan adalah hidroksipropil metilselulosa (HPMC). Polimer ini merupakan suatu bahan pilihan untuk sistem suspensi udara dan sistem panci penyalut dengan penyemprotan
(Lachman, et. al., 1994).
Jika hanya menggunakan polimer saja akan dihasilkan lapisan film yang rapuh, mudah pecah, dan mudah terkelupas, untuk memperbaiki hal tersebut, diperlukan plasticizer untuk mempertinggi keluwesan dan fleksibilitas dari lapisan tipis penyalut tersebut (Basri, 2009).
Tablet inti (core) yang akan disalut haruslah memenuhi persyaratan tertentu, karena selama proses penyalutan akan terjadi gerakan dan bantingan tablet inti secara terus menerus selama beberapa waktu. Kerapuhan tablet inti harus sekecil mungkin. Kerapuhan yang tinggi akan menyebabkan terbentuknya partikel halus dan kasar yang akan dapat menempel pada permukaan tablet selama proses penyalutan, tempelan tersebut dengan sendirinya akan menyebabkan cacat pada permukaan tablet yang disalut. Tablet inti harus hancur dengan cepat di dalam lambung atau usus sesudah penyalut terlarut (untuk tablet yang entero soluble). Pada umumnya tablet inti yang disalut akan hancur lebih lama jika dibandingkan dengan tablet yang tidak disalut. Perubahan waktu hancur tersebut disebabkan karena pada waktu penyalutan, pori pada permukaan tablet ditutupi oleh larutan penyalut sehingga akan memperlambat penetrasi cairan pada waktu hancur (Basri, 2009).

Persyaratan Tablet yang Sudah Disalut
Tablet yang disalut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan, diantaranya:
- Permukaan tablet harus benar-benar licin
- Lapisan penyalut harus stabil dan tidak cacat
- Pewarnaan yang homogen pada lapisan tipis yang berwarna dan tidak boleh terjadi migrasi zat warna ke dalam inti tablet
- Lapisan penyalut tidak boleh menunjukkan sifat mudah pecah dan retak
- Penyalutan harus dapat melindungi tablet inti terhadap pengaruh udara kelembaban dan cahaya.
- Penyalut harus mempunyai rasa yang menyenangkan dan dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari tablet inti
- Pada umumnya lapisan penyalut harus melarut dalam media cairan lambung dengan waktu sesingkat mungkin
- Penyalutan yang digunakan tidak boleh merusak atau mengurangi aktivitas bahan obat (Martin, et. al., 1993).

Prinsip-Prinsip Penyalutan Tablet
Pemberian salut pada tablet yang merupakan langkah tambahan dalam proses pembuatan dan menaikkan biaya produksi. Dengan demikian, keputusan untuk menyalut tablet biasanya didasarkan atas salah satu atau beberapa tujuan berikut ini:
1. Untuk menutupi rasa, bau, atau warna obat.
2. Untuk memberikan perlindungan fisik dan kimia pada obat.
3. Untuk mengendalikan penglepasan obat dari tablet.
4. Untuk melindungi obat dari suasana asam lambung, dengan menyalutnya dengan salut enterik tahan asam.
5. Untuk menggabungkan obat lain atau membantu formula dalam penyalutan untuk menghindari tidak tercampurnya obat secara kimia atau untuk menjamin terselenggaranya penglepasan obat secara berurutan.
6. Untuk memperbaiki penampilan obat dengan menggunakan warna khusus dan pencetakan kontras (Barkley, et.al., 2006).
Ada tiga komponen utama yang penting dalam penyalutan tablet yaitu :
1. Sifat-sifat tablet
Tablet-tablet yang akan disalut harus mempunyai sifat fisik tertentu yang sesuai. Dalam proses penyalutan, tablet-tablet bergulir di dalam panci atau berhamburan dalam aliran udara dari suatu penyalut suspensi udara ketika proses penyalutan berlangsung. Agar mampu menahan benturan sesama tablet atau benturan tablet dengan dinding panci, maka tablet harus tahan terhadap abrasi dan gumpil. Permukaan tablet yang rapuh, yang lunak oleh pemanasan, atau yang rusak oleh campuran penyalut, cenderung menjadi kasar pada tahap awal proses penyalutan dan tidak cocok untuk disalut dengan lapisan tipis. Bahan penyalut yang membentuk lapisan tipis melekat ke seluruh permukaan yang terpapar, sehingga permukaan yang tidak sempurna akan disalut dan tidak dibuang. Mutu dari penyalut lapisan tipis yang melekat pada tablet cetak biasanya lebih banyak tergantung pada mutu tablet awal yang dipakai dalam proses, daripada waktu yang dibutuhkan dalam penyalutan gula. Penyalutan gula mengandung banyak zat padat, sehingga lebih lambat mengering dan dapat mengisi banyak cacat kecil di permukaan tablet yang dapat terjadi pada tahap awal proses penyalutan selain permukaan yang halus, maka bentuk fisik tablet juga sangat penting. Bentuk ideal tablet yang akan disalut adalah bulat, yang memungkinkan tablet tersebut bergulir bebas di dalam panci penyalut, dengan kotak sekecil mungkin sesama tablet (Augsburger & Hoag, 2008).
2. Proses penyalutan
Prinsip penyalutan tablet relatif sederhana. Penyalutan tablet adalah pemakaian suatu campuran penyalut pada sejumlah tablet yang bergerak dengan menggunakan udara panas untuk memepermudah penguapan pelarut. Distribusi dari penyalut dilakukan dengan menggerakkan tablet-tablet tersebut, baik secara tegak lurus (panci penyalut) maupun secara vertikal (alat penyalut suspensi udara) terhadap pemakaian campuran penyalut (Augsburger & Hoag, 2008).
Tergantung pada peralatan dan fasilitas yang tersedia, operasi penyalutan lapisan tipis dilakukan dengan menggunakan panci penyalut untuk penyalutan. Cara penambahan larutan penyalut dapat dilakukan dengan cara penuangan seperti halnya pada penyalutan gula atau dengan cara penyemprotan dengan alat khusus. Baik penuangan ataupun penyemprotan dapat dilakukan secara terus-menerus atau dengan diselang-seling (intermittent) (Basri, 2009).
a. Cara Penuangan
Penuangan dapat dilakukan dalam panci penyalut konvensional yang diberi penyangga agar perputaran tablet bisa berlangsung dengan baik dan untuk mencegah penggelinciran tablet dalam panci selama proses penyalutan (Basri, 2009).
b. Cara Penyemprotan
Cara umum yang dilakukan untuk penyalutan lapisan tipis ialah cara penyemprotan. Cara penyemprotan tidak selalu mudah, karena untuk proses penyalutan yang baik dibutuhkan optimisasi antara peralatan, formulasi dan variabel lain selama proses penyalutan (Basri, 2009).
1) Top Spray (Granulator mode)
Meskipun itu tidak dapat digunakan untuk tablet, top spray granulator dapat digunakan untuk penyalutan. Partikel kecil dan berbagai bentuk film dalam proses ini bukan seperti uniform (bentuk seragam), tapi untuk pelepasannya tidak tergantung membrane tickness atau perfection. Cara ini adalah mudah dan sederhana. Substrat cair dimasukan pada mulut pipa, kemudian penyemprot listrik (elektronik) disemprotkan ke bahan (material) (Basri, 2009).
2) Bottom Spray ( Wurster)
Ditemukan kira-kira 25 tahun yang lalu yang terbukti telah berhasil untuk penyalutan tablet. Bentuk aliran disebabkan oleh sebuah partisi dan per lubang plate yang dikontrol oleh air flow. Sebagian besar udara dialirkan memalui sekat dan terbentuk fluidasi. Ketika tablet keluar dari sekat dan masuk ke zona perluasan kecepatan udara bebrkurang dan inti-inti jatuh diluar sekat. Udara dari bawah bertindak sebagai penyangga sekaligus mengarahkan posisi penyalutan (Basri, 2009).
- Peralatan
Sebagian besar proses penyalutan menggunakan salah satu dari tiga jenis peralatan berikut ini: (1) panci penyalut standar, (2) panci penyalut berlubang, atau (3) penyalut bahan cair (suspensi udara). Kecenderungan umumnya mengarah pada sistem efisiensi energi otomatis untuk mempersingkat total waktu penyalutan, dan mengurangi partisipasi operator dalam proses penyalutan (Augsburger & Hoag, 2008).
- Tolak ukur
Difokuskan pada panci penyalut berlubang, karena alat ini dipakai secara luas dalam industri. Tolak ukur yang digunakan meliputi:
Kapasitas udara, A (T,H).
Nilai ini menggambarkan jumlah air atau pelarut yang dapat dihilangkan selama proses penyalutan, yang tergantung pada jumlah aliran udara melalui tumpukan tablet (CFM), temperatur udara (T), dan jumlah air yang terkandung dalam udara masuk (H); (2) komposisi penyalut, (3) luas permukaan tablet, dan (4) efisiensi peralatan. Hubungan ini dapat digambarkan dengan menggunakan diagram psikrometris. Diagram tersebut secara grafik memperlihatkan hubungan antara temperatur udara dengan jumlah air yang terkandung dalam udara pada berbagai kelembapan relatif. Selama pelaksanaan penyalutan, air menguap dari larutan penyalut yang dipakai, dan temperatur udara turn. Temperatur udara yang keluar tergantung pada jumlah air yang dikandung (Augsburger & Hoag, 2008).
Komposisi Penyalut, C(S).
Penyalut mengandung bahan yang akan dilekatkan ke permukaan tablet, dan juga mengandung pelarut yang bertindak sebagai pembawa bahan-bahan tersebut. Pelarut ini harus dihilangkan selama proses penyalutan. Udara panas yang masuk memberikan panas untuk menguapkan air. Udara keluar menjadi lebih dingin dan mengandung air lebih banyak, karena penguapan dari pelarut pada campuran penyalut tadi. Bila air digunakan pada suatu permukaan yang tidak tembus, maka hubungan antara udara masuk dan udara keluar pada laju penyemprotan tertentu dapat ditunjukkan dengan jelas. Karakteristik pengeringan dari lapisan tipis juga harus dipertimbangkan dalam penetapan laju penggunaan. Umumnya campuran penyalut yang bahan dasarnya air dan lebih kental, menggunakan gerakan tablet di luar daerah penggunaan untuk menghasilkan penyebaran parsial bahan penyalut, periode pengeringan yang lebih panjang diperlukan agar dapat digunakan penyalut secara berselang waktu. Formula pengeringan tipis dapat mengering dengan cepat pada permukaan tablet, sehingga memungkinkan pemakaian konstan dengan atomisasi yang efisien dari larutan penyalut (Augsburger & Hoag, 2008).
Luas Permukaan Tablet, (pSA).
Telah diuraikan mengenai mutu tablet yang perlu untuk penyalutan, tetapi ukuran tablet dan adanya debossed features juga mempengaruhi kondisi penyalutan. Luas permukaan total per satuan berat turun dengan cepat dari tablet kecil ke tablet yang lebih besar. Penggunaan suatu lapisan tipis dengan ketebalan yang sama memerlukan lebih sedikit campuran penyalut. Sebagai contoh, pada penyalutan lapis tipis terhadap 20 kg tablet pada suatu panci penyalut, tablet bulat cembung berdiameter 0,281 inchi dengan ketebalan 0,114 inci memerlukan penyalut 40 % lebih banyak, dibandingkan dengan diameter 0,483 inchi dan ketebalan 0,202 inchi (Augsburger & Hoag, 2008).
Dalam proses penyalutan, hanya sebagian dari seluruh ruas permukaan (pSA) yang tesalut. Keseimbangan terdiri dari tablet yang telah kering dan tersalut sebagian serta tablet kering yang akan disalut lebih lanjut. Penyalutan parsial yang berkesinambungan dan daur ulang suatu saat akan menghasilkan tablet tersalut sempurna (Augsburger & Hoag, 2008).
Penambahan cap/ tanda pengenal produk atau intagliation menambah rumitnya proses penyalutan. Bila bagian-bagian yang akan disalut ukurannya lebih kecil, maka ukuran tetes penyalut yang akan diatomisasi juga harus lebih kecil dan lebih terkontrol dengan baik (Augsburger & Hoag, 2008).
Efisiensi Peralatan, E.
Penyalut tablet menggunakan ungkapan ”efisiensi penyalutan” , suatu nilai yang diperoleh dengan membagi kenaikan bersih dari berat tablet tersalut dengan berat total bahan penyalut yang tidak menguap yang diberikan ke tablet. Idealnya 90-95 % bahan penyalut lapisan tipis yang dipakai harus ada pada permukaan tablet. Bila kurang dari itu, berarti tindakan penyalutan haru diperbaiki lagi. Efisisensi penyalutan untuk bahan penyalut gula yang konvensional jauh lebih sedikit, dan biasanya nilai 60% dapat diterima. Perbedaan yang besar dalam efisiensi penyalutan antara penyalut lapisan tipis dengan gula berhubungan dengan jumlah bahan pelapis yang terkumpul pada dinding panci. Pada proses penyalutan lapisan tipis yang efisien hanya sedikit saja bahan penyalut yang terkumpul di dinding panci, tetapi pada proses penyalutan dengan gula, dinding panci juga akan terlapisi oleh gula itu dengan tebalnya. Penyebab umum dari rendahnya efisiensi penyalutan dengan lapisan tipis ialah bahwa laju pemakaian terlalu lambat untuk kondisi penyalutan (permukaan tablet yang luas, aliran udara yang cepat, dan temperatur yang tinggi). Hal ini mengakibatkan sebagian dari campuran penyalut mengering sebelum mencapai permukaan tablet, sehingga terbuang sebagai debu (Augsburger & Hoag, 2008).
Fasilitas dan Peralatan Bantu.
Fasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaan penyalutan haruslah dirancang untuk memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practices (GMPs), seperti yang tercantum dalam revisi terakhir Code of Federal Regulation title 21, part 211. Diperlukan ruang yang tidak hanya cukup untuk peralatan penyalut, tetapi juga untuk penyiapan larutan dan penyimpanan dalam proses (Augsburger & Hoag, 2008).
Penyalutan tergantung pada sifat pelarut. Bila mungkin terjadi penumpukan pelarut organis yang mudah meledak, atau toksisi, apakah itu selama proses penyiapan larutan ataupun penyalutan, maka diperlukan penrilasi listrik khusus yang tahan ledakan (Augsburger & Hoag, 2008).
Ada peralatan lain yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan penyalutan. Penyiapan memerlukan tangki, penyaring, dan pengaduk. Suatu penggerus koloid atau penggerus bola mungkin diperlukan untuk dispersi yang homogen dari bahan padat yang tidak larut didalam cairan campuran penyalut. Tangki pelapis mungkin diperlukan untuk menjaga agar beberapa larutan tetap dalam temperatur tinggi (Augsburger & Hoag, 2008).
Cairan pelarut dapat diisikan ke sistem pipa atomisasi dari peralatan penyalut, dengan menggunakan tangki bertekanan yang dapat dipindah-pindahkan atau berbagai sistem pompa (Augsburger & Hoag, 2008).
- Fasilitas dan peralatan bantu
Fasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaan penyalutan haruslah dirancang untuk memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practises (GMPs). Diperlukan ruang yang tidak hanya cukup untuk peralatan penyalut, tetapi juga untuk penyiapan larutan dan penyimpanan dalam proses (Augsburger & Hoag, 2008).
- Otomatisasi
Dalam 6 atau 8 tahun terakhir ini, otomatisasi telah dicapai dalam sistem penyalutan gula dan sistem penyalutan lapisan tipis (baik menggunakan air maupun tidak menggunakan air). Untuk proses otomatis, maka panci yang berlubang-lubang lebih cocok dibanding panci penyalut konvensional yang lama, karena efisiensinya lebih baik (Augsburger & Hoag, 2008).
3. Susunan penyalutan

Proses Penyalutan
Proses penyalutan tablet terbagi atas beberapa tahap yaitu: protective, gum syrup, built up syrup, smoothing syrup, colouring syrup, dan polishing. Lapisan penutup merupakan tahap pemberian lapisan pelindung agar air dari larutan berikutnya tidak masuk ke dalam tablet inti. Lapisan elastis merupakan lapisan dasar dari salut gula yang bertujuan untuk melapisi gum syrup agar tablet tidak retak selama proses atau selama penyimpanan. Bahan-bahan yang akan dituang diaduk lebih dahulu, kemudian masukkan CaCO3 secukupnya, aduk kembali sampai semua serbuk melapisi tablet baru kemudian dialirkan udara panas. Built up syrup merupakan proses pemberian lapisan sebenarnya dari salut gula, sedangkan smoothing syrup bertujuan untuk membuat permukaan tablet licin sehingga zat warna dapat melapisi tablet secara merata. Colouring bertujuan untuk memberikan warna pada permukaan tablet dan polishing merupakan proses pengkilatan permukaan tablet sehingga menjadi mengkilat (Asmarini, 2007).
Penyalutan dengan Lapisan Tipis
 Metode Panci Tuang
Metode ini cukup lambat, dan sangat tergantung pada keterampilan serta teknik dari operator untuk mengimbangi tahap pembuatan produk yang dapat diterima. Tablet yang akan dilapisi dengan lapisan tipis melalui proses panci tuang hampir selalu memerlukan tahap tambahan untuk pengeringan dalam rangka membuang pelarut laten. Penyalut lapisan tipis yang menggunakan air sebagai bahan dasar tidak cocok dengan metode pemakaian ini, karena keadaan setempat yang terlalu basah yang dijumpai pada proses panci tuang akan menimbulkan berbagai masalah, mulai dari erosi permukaan sampai ketidakstabilan produk yang disebabkan tingginya tingkat kelembapan laten dalam inti tablet (Lachman, et.al., 1994).
 Metode Panci Semprot
Dalam rangka memperbaiki efisiensi proses pelapisan tipis digunakan alat penyemprot. Penyemprotan memeberikan banyak kegunaan terhadap proses tersebut, dan memungkinkan pengawasan otomatis dari pemakaian cairan. Corak penyemprot dipilih untuk memberikan suatu pita kontinu melintasi permukaan tumpukan tablet (Lachman, et.al., 1994).
 Variabel Proses
Variabel-variabel yang perlu dikendalikan dalam proses penyalutan lapisan tipis menggunakan cara panci penyemprot adalah:
1. Variabel Panci
- rancangan panci/pengaturan pergerakan cairan,
- kecepatan,
- muatan panci.
2. Udara Proses
- kualitas udara,
- temperature,
- kecepatan aliran udara/volume/keseimbangan.
3. Variabel Penyemprot
- laju penyemprotan,
- derajat atomisasi,
- pola penyemprotan,
- jarak mulut pipa penyemprot ke permukaan tumpukan tablet.
(Lachman, et.al., 1994).
 Proses Fluidized Bed
Sistem fluidized bed telah berhasil diterapkan dengan baik untuk penyalutan cepat dari tablet, granul dan kapsul. Karena digunakan udara untuk menggerakkan tablet di dalam proses penyalutan, maka ada beberapa pengawasan proses yang khas bagi penyalut suspensi udara. Rancangan ruang, bersamaan dengan udara proses, mengendalikan corak fluidasi. Bentuk, ukuran dan kerapatan tablet, serta beban kuantitas mempengaruhi kemampuan masa tablet untuk mengalami fluidasi (Lachman, et.al., 1994).
Larutan selaput penyalut yang dapat menghasilkan penyalutan pada tablet biasanya mengandung jenis-jenis bahan sebagai berikut:
1. Pembentukan selaput : mampu menghasilkan lapisan tipis yang halus, dapat diproduksi kembali di bawah kondisi penyalutan biasa dan dapat untuk tablet dengan berbagai bentuk. Contoh: selulosa asetat ftalat.
2. Bahan logam campuran : memungkinkan kelarutan dalam air atau permeabilitas air ke dalam selaput agar pasti dapat ditembus oleh cairan tubuh dan kemungkinan ketersediaan terapeutik obatnya.
3. Plasticizer : untuk mendapatkan fleksibilitas dan elastisitas dari penyalutan yang berarti memperpanjang umur tablet. Contoh: minyak jarak.
4. Surfaktan : untuk meningkatkan daya penyebaran film selama penggunaanya. Contoh: derivat polioksietilen sorbitan.
5. Opaquant dan pewarna : membuat penampilan tablet menjadi manis dank has. Contoh: opaquant, titandioksid; pewarna, zat warna F.D dan C atau zat warna D dan C.
6. Pemanis, perasa, dan pengharum : untuk meningkatkan diterimanya tablet oleh pasien. Contoh: pemanis, sakarin; perasa dan pengharum, vanili.
7. Pengkilap : memungkinkan berkilaunya tablet tanpa memisahkan dari pekerjaan pengkilapan. Contoh: lilin tawon.
8. Pelarut yang mudah menguap : memungkinkan penyebaran komponen-komponen lain di sekitar tablet sambil mempercepat penguapan agar pekerjaan lebih efektif dan lebih cepat. Contoh: campuran alkohol aseton.
(Lachman, et.al., 1994).

Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Penyalutan Lapis Tipis
Suatu bahan penyalut lapisan tipis yang ideal harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Larut dalam pelarut yang digunakan untuk persiapan penyalutan.
2. Larut dalam keadaan tertentu yang dimaksud, misalnya kelarutan yang mudah dalam air, lambat larut dalam air atau kelarutan yang tergantung pada pH (lapisan enterik).
3. Kemampuan untuk menghasilkan produk yang tampak anggun.
4. Stabilitas dalam keadaan panas, cahaya, kelembapan, udara dan substrat yang akan disalut. Sifat-sifat lapisan tipis harus tidak berubah dengan berlalunya waktu.
5. Tidak memiliki warna, rasa ataupun bau.
6. Serasi dengan aditif larutan penyalut pada umumnya.
7. Tidak toksis, tidak mempunyai kegiatan farmakologis dan mudah dipakai ke partikel atau tablet.
8. Tahan retakan dan dilengkapi dengan pelindung obat terhadap kelembapan, cahaya dan bau bila perlu.
9. Tidak ada jembatan ataupun pengisian permukaan tablet yang tidak ditatah oleh bahan pembentuk lapisan.
10. Prosedur pencetakan huruf/tanda/merk mudah dilakukan pada peralatan berkecepatan tinggi (Saifullah, 2007).
Pembentuk Lapisan Tipis
a. Bahan Nonenterik, contoh :
- Hidroksipropil metil selulosa,
- Metil hidroksietilselulosa,
- Etilselulosa,
- Hidroksipropilselulosa,
- Povidon,
- Natrium karboksimetilselulosa,
- Polietilen glikol (Saifullah, 2007).
b. Bahan Enterik
Bahan penyalut enterik dari pil dan tablet yang dicetak sdah dikenal lebih dari satu abad yang lalu. Beberapa alasan penting untuk bahan penyalut enterik adalah sebagai berikut :
- Untuk melindungi obat-obat yang tidak tahan asam terhadap cairan lambung, misalnya enzim-enzim dan beberapa antibiotik tertentu.
- Untuk mencegah nyeri pada lambung atau mual karena iritasi dari suatu bahan obat, misalnya Natrium salisilat.
- Untuk melepaskan obat agar didapat efek local di dalam uus, seperti antiseptik usus dapat melepaskan bentuk obatnya hanya di usus dan menghindari penyerapan sistemik dalam lambung.
- Untuk melepaskan obat-obat yang diserap secara optimal di dalam usus halus sebagai penyerapan utamanya.
- Untuk memberikan suatu komponen yang penglepasannya ditunda sebagai aksi ulang dari tablet (Saifullah, 2007).
Suatu bahan penyalut enterik yang baik harus memilki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Tahan terhadap cairan lambung
2. Rentan terhadap cairan usus dan permeable terhadap cairan usus
3. Dapat bercampur dengan sebagian besar komponen larutan penyalut dan bahan dasar obat
4. Stabil dalam bentuk tunggalnya atau di dalam larutan penyalut. Lapisan tipis ini tidak mudah berubah dalam penyimpanan
5. Membentuk lapisan tipis (terus-menerus)
6. Tidak toksik
7. Biayanya murah
8. Mudah dipakai tanpa harus menggunakan alat khusus
9. Dapat dengan mudah dicetak, atau lapisan tipis dapat digunakan pada tablet yang tidak ditatah (Saifullah, 2007).
Pemeriksaan waktu hancur tablet yang disalut enterik, menurut United State Pharmacopeia (USP), mengharuskan tablet tahan terhadap pengadukan dalam larutan pemeriksaan cairan lambung buatan pada temperatu 37 ± 2 o C (tanpa lempengan). Setelah satu jam terpapar dalam cairan lambung batan tersebut, tablet tidak memperhatikan bukti adanya daya hancur, keretakan atau kerapuhan. Kemudian ditambahkan suatu lempengan pada setiap tabung dan pemeriksaan dilanjutkan dengan menggunakan cairan usus buatan yang dipertahankan pada temperatur 37 ± 2oC sebagai cairan pencelup, untuk satu metode pemeriksaan selama 2 jam atau dalam batas waktu yang tertera dalam monografinya. Jika seluruh tablet sudah hancur, pemeriksaan tablet sudah selesai. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur secara sempurna, pemeriksaan diulangi dengan menggunakan 12 tablet tambahan. Pemeriksaan daya hancur tablet dinyatakan selesai bila 16 dari 18 tablet dapat dihancurkan (Swarbrick & James, 1991).

Macam-macam Penyalutan
Penyalutan tablet dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Tablet bersalut gula (sugar coating)
Tablet ini sering disebut dragee. Penyalutan dilakukan dengan larutan gula dalam panci untuk penyalutan dan panci untuk mengkilapkan tablet diputar dengan motor penggerak yang dilengkapi dengan alat pengisap dan sistem penhembus dengan udara panas (blower). Proses pembuatan tablet bersalut gula adalah sebagai berikut:
o Subcoating (penyalutan dasar), yaitu proses pemberian larutan dasar dan pemberian serbuk salut apabila sebagian tablet kering
o Smoothing (pelicinan), yaitu proses pembasahan ganti berganti dengan sirop pelicin dan pengeringan dari salut tablet menjadi bulat dan licin.
o Coloring (pewarnaan), dilakukan dengan memberi zat warna yang dicampurkan pada sirop pelicin.
o Finishing, yaitu proses pengeringan salut sirop yang terakhir dengan cara perlahan-lahan sehingga memperoleh hasil akhir yang licin.
o Polishing (pengilapan), dilakukan dengan menggunakan lapis tipis lilin yang licin (Aulton, 1988).
2. Tablet bersalut kempa (press coating)
Tablet inti yang sudah jadi mengalami proses seperti berikut, yaitu granul halus dan kering dikempa di sekitar tablet inti, sering disebut tablet dalam tablet (Aulton, 1988).
3. Tablet bersalut selaput (film coating)
Ialah tablet yang dilapisi lapisan selaput tipis dengan zat penyalut yang dikenakan atau disemprotkan pada tablet. Sebagai zat penyalut digunakan Na CMC, Asetatftalat selulosa, Hidroksi etil selulosa dengan bermacam-macam perbandingan dalam campuran PEG dan Polivinilpirolidon dalam pelarut alkohol atau terdispersi dalam Isopropanol dengan tambahan Span dan Tween (Aulton, 1988).
4. Tablet bersalut enterik (enteric coating)
Adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relatif tidak larut dalam asam lambung, tetapi larut dalam usus halus. Penyalutan enterik dimaksudkan :
a. Agar obat tidak mengiritasi perut
b. Dikehendaki agar obat berkhasiat dalam usus seperti antelmintika
c. Menghindari obat menjadi inaktif dalam cairan lambung, yaitu karena pH rendah atau dirusak enzim digestif dalam perut.
Sebagai bahan salut enterik adalah campuran serbuk lilin karnauba atau asam stearat dan serabut tumbuh-tumbuhan dari agar-agar atau kulit pohon elm. Bila tablet ditelan, serabut tersebut akan menghisap air, mengembang dan terjadi proses penghancuran. Dengan mengatur ratio serabut tumbuh-tumbuhan dan mengubah tebalnya salut, waktu hancur yang diperlukan dapat dikontrol (Aulton, 1988).

Masalah yang Timbul dalam Penyalutan
1. Pengupilan (picking) adalah pelepasan fragmen lapis tipis penyalut dari permukaan tablet yang disalut.
Penyebabnya adalah :
- Pengeringan yang tidak cukup baik
- Penyemprotan yang dilakukan berlebihan
Pencegahannya :
- Dengan menurunkan kecepatan penyemprotan
- Meningkatkan suhu pengeringan, menurunkan konsentrasi larutan penyalut
- Penambahan gula lebih dari 10% dari bobot polimer dalam larutan.
2. Keretakan : terlihat selama penyalutan atau penyimpanan tablet yang sudah disalut.
Penyebabnya :
Tegangan di dalam lapisan penyalut lebih besar dari rentang dan adhesi dari larutan penyalut.
Pencegahannya :
- Penambahan plasticizer lebih dari 20% berat HPMC
- Menggunakan HPMC viskositas tinggi
- Memperbaiki kerapuhan tablet inti
3. Pembentukan jembatan : hal ini terjadi karena pengaruh adhesi pada permukaan tablet yang bergaris atau ada huruf logo yang terletak pada permukaan. Pencegahan dengan penambahan PEG 6000 dalam jumlah 20-30% dari berat HPMC.
4. Burik (molting) : cacat dimana warna tidak terkontribusi secara homogen pada permukaan tablet. Pencegahannya dengan mendispersikan zat warna secara homogen dalam larutan penyalut.
5. Pengelupasan (orange peel) merupakan tahap lanjut dari tahap pengupilan.
Penyebab :
- Formula larutan penyalut yang tidak sesuai
- Operasi penyalutan yang tidak baik
- Terjadi penetesan larutan dari alat penyemprot
Pencegahan :
- Menurunkan konsentrasi polimer
- Menurunkan kecepatan penyemprotan
6. Variasi warna antar tablet hal ini terjadi karena variasi antar tablet dari sejumlah tablet yang disalut.
Pencegahan :
- Pengaturan formulasi larutan penyalut
- Digunakan penyalutan dengan prinsip ”fluidized bed”
(Aulton, 1988).

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Penerjemah:
Asmarini. 2007. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. Tersedia pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14469/1/063202003(2).pdf [diakses pada 1 Mei 2010].
Augsburger, L.L. & Hoag, S. W. 2008. Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets. 3rd Edition. Informa health care USA. New York.
Aulton, M, E. 1988. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. Churchill Livingstone Inc. New York.
Barkley, A., Levine, S., Signorino, C. 2006. Tablet Coating. Tersedia pada http://online1.ispcorp.com/enUS/Media/Articles/The%20Evolution%20and%20Evaluation%20of%20Tablet%20Coatings.pdf [diakses pada 30 April 2010].
Basri. 2009. Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers) dengan Bahan Penyalut Hidroksipropil Metilselulosa dan Polietilen Glikol 400. Tersedia pada etd.eprints.ums.ac.id/5865/ [diakses pada 1 Mei 2010].
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Lachman, L. , Lieberman, H. A., & Joseph, L. K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Penerjemah: Siti Suyatmi. Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Martin, A., James, S., & Arthur, C. 1993. Farmasi Fisik. UI-Press. Jakarta.
Saifullah. 2007. Tablet Salut. Tersedia pada http://www.akfar.ac.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=4:tablet&download=7:tablet-khusus&Itemid=70 [diakses pada 30 April 2010].
Read more »

Depresi dan Antidepresi

Depresi termasuk salah satu di antara gangguan-gangguan suasana hati (mood). Gangguan-gangguan suasana hati adalah gangguan-gangguan yang bergerak dari depresi yang dalam sampai kepada mania yang ganas. Gangguan-gangguan suasana hati ini kadang-kadang disebut gangguan-gangguan afektif. Istilah “afek” berarti suatu respons emosional subjektif (Semiun, 2006).
Gangguan-gangguan suasana hati dibagi dalam dua kelompok besar, yakni gangguan-gangguan depresif atau gangguan-gangguan unipolar (unipolar disorders) di mana depresi menjadi simtom utama. Gangguan-gangguan unipolar ini dibagi lagi menjadi episode depresif tunggal (single depressive episodes) dan episode-episode depresif yang berulang-ulang (recurrent depressive episodes). Kelompok yang kedua adalah gangguan-gangguan bipolar (bipolar disorders). Dalam gangguan-gangguan bipolar, depresi juga merupakan simtom yang dominan tetapi kemudian simtom itu berubah menjadi mania. Istilah bipolar digunakan karena individu memperlihatkan dua kutub suasana hati yang ekstrem. Individu yang didiagnosis sebagai bipolar disebut mengalami gangguan manikdepresif. Gangguan bipolar dibagi menjadi tiga tipe, yakni tipe manik, tipe depresif, dan tipe campuran. Individu yang didiagnosis sebagai manik apabila suasana hatinya yang dominan adalah mania, dan dikatakan depresif kalau suasana hatinya yang dominan adalah depresi, dan dikatakan campuran bila gambaran simtomnya adalah mania dan depresif tercampur atau berubah-ubah dalam setiap jangka waktu beberapa hari (Semiun, 2006).
Pada tingkat kedua gangguan-gangguan suasana hati, kita menemukan pola-pola simtom yang akan berlangsung sekurang-kurangnya selama dua tahun (Semiun, 2006).
Belakangan para ahli teori psikodinamik mengemukakan bahwa bukan kehilangan, melainkan stres yang menyebabkan depresi; dan stres adalah bagian dari kehilangan dan dilihat sebagai prediktor yang lebih baik untuk depresi daripada kehilangan. Banyak bukti menunjukkan bahwa stres akut dan kronis menyebabkan depresi, tetapi pendekatan psikodinamik tidak memberikan bukti mengenai proses bagaimana stres tersebut bisa menyebabkan depresi (Semiun, 2006).
Kelihatan juga bahwa stres menyebabkan depresi tetapi tidak semua orang yang berhadapan dengan stres akan mengalami depresi. Oleh karena itu, juga harus dicari faktor lain yang penting dalam hubungan stres dan depresi. Salah satu faktor lain dalam hubungan itu adalah dukungan sosial (sicial support) yang tersedia bagi individu bila berhadapan dengan stres. Ada bukti bahwa individu yang memiliki teman-teman yang akrab kurang mengalami depresi bila mereka berhadapan dengan stres. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga bahwa tidak hanya banyaknya teman yang dimiliki individu yang akan mempengaruhi kemungkinan depresi, tetapi yang terpenting adalah kualitas dari hubungan tersebut (Semiun, 2006).
Kita mengetahui bahwa individu-individu yang memperoleh dukungan sosial kecil kemungkinan akan mengalami depresi, tetapi kita tidak mengetahui bagaimana proses dukunan sosial itu melindungi seseorang dari kemungkinan depresi. Salah satu kemungkinan adalah peristiwa-peristiwa yang menimbulkan stres kurang dialami sebagai stres apabila kesulitan (beban) dapat dibicarakan bersama dengan orang lain. Dengan demikian, tidak hanya dukungan sosial dapat menyebabkan depresi dan juga memperpanjang depresi. Selain dukungan sosial, ada juga faktor lain yang bisa mengurangi hubungan stres dan depresi, yakni strategi-strategi penanggulangan yang digunakan individu bila berhadapan denga stres. Pada umumnya orang-orang yang mengalami depresi mungkin menggunakan strategi-strategi pasif, seperti menghindar, menerima, impian khayalan, makan, merokok, atau mungkin juga mereka meminta nasihat atau dukungan emosional. Orang-orang yang tidak mengalami depresi mungkin menggunakan strategi-strategi aktif yang difokuskan pada pemecahan dan pengatasan masalah (Semiun, 2006).
Rupanya stres ditambah dengan strategi-strategi penanggulangan yang pasif akan menyebabkan depresi, tetapi sampai sekarang belum ada penelitian untuk menetapkan cara-cara defensif manakah yang digunakan individu sebelum mengalami depresi. Dengan demikian, strategi-strategi yang digunakan individu secara pasif untuk menanggulangi depresi mungkin merupakan akibat atau bukan penyebab dari depresi. Hal yang jelas adalah bahwa strategi-strategi penanggulangan yang sangat penting dalam depresi, tetapi hanya faktor-faktor genetik saja tidak dapat menjelaskan semua depresi (Semiun, 2006).
Kalsifikasi Antidepresi (AD)
Kasifikasi klasik
1. AD trisiklik
2. AD tetrasiklik
3. Penghambat ambilan kembali 5-HT
4. Penghambat MAO
5. Profilaktik fase
Klasifikasi berdasarkan titik tangkap primer di SSP
1. Penghambat ambilan kembali terutama 5-HT atau penghambat ambilan kembali 5-HT selektif (SSRI)
2. Penghambat ambilan kembali terutana NA atau selektif
3. Penghambat ambilan kembali 5-HT dan NA kombinasi
4. Penghambat MAO
5. Mekanisme kerja yang lain (Schmitz, et. al., 2008).
Antidepresi trisiklik
Imipramin (derivat dibenzazepin) dan amitriptilin (derivat dibenzodikloheptadin) digunakan sebagai pengganti penghambat MAO, untuk mengurangi depresi ensogen. Perbaikan dalam bentuk mood (perasaan, bertambahnya aktivitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan nafsu makan, pola tidur lebih baik, dan berkurangnya pikiran bunuh diri. Tidak menimbulkan euforia pada orang normal (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008).
Obat trisiklik bekerja menghambat reuptake neurotransmiter di otak. Berbagai antidepresi trisiklik berbeda dalam potensi dan selektivitas hambatan reuptake neurotransmiter, yaitu norepinefrin, serotonin, atau dopamin (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008).
Obat trisiklik yang mempunyai dua gugus metil dinamakan amin tersier (imipramin, amitriptilin, doksepin), sedangkan yang memiliki satu gugus metil dinamakan amin sekunder (desipramin, nortriptilin, protriptilin). Amin sekunder menghambat reuptake norepinefrin dan amin tersier menghambat reuptake serotonin (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008).
Farmakodinamik terhadap kejiwaan ialah elevasi mood. Mekanisme tidak jelas. Bersifat antimuskarinik pada sistem syaraf otonom sehingga penglihatan kabur, mulut kering, obstipasi, dan retensi urine. Sering menimbulkan hipotensi ortostatik, bahkan infark jantung dan presipitasi gagal jantung (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008).
Efek samping dibenzazepin mirip efek samping atropin. Waspada untuk penderita glaukoma atau hipertrofi prostat. Dapat menimbulkan lemah dan lelah, seperti efek fenotiazin. Pada usia lanjut dapat menimbulkan pusing, hipotensi postural, sembelit, sukar kencing, edema, dan tremor. Imipramin serupa dengan fenotiazin menimbulkan ikterus kolestatik, agranulositosis. Toksik akut ditandai hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, dan koma (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008).
Untuk menghadapi depresi ringan diberikan psikoterapi. Jika lebih hebat dan terdapat bahaya bunuh diri, terapi cepat denga ECT, atau psikofarmaka antidepresi trisiklik. Untuk depresi yang menyertai penyakit somatik kronik dan psikoneurosis digunakan klordiazepoksid dan psikoterapi (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008).
Dikenal pula generasi kedua, yaitu amoksapin dan trazodon. Obat ini hanya menghambat serotonin. Tidak berfungsi untuk dopamin reuptake (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008).
Psikotogenik
Dapat menimbulkan kelainan tingkah laku, disertai halusinasi, ilusi, gangguan berpikir, dan perubahan perasaan. Dahulu disebut psikotomimetik, menimbulkan keadaan mirip psikosis (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008).
Meskalin adalah alkaloid yang berasal dari tumbuhan kaktus di Amerika Utara dan Meksiko. Menyerupai rumus epinefrin. Digunakan orang Indian untuk trance ritus keagamaan. Pada orang normal menimbulkan rasa takut, halusinasi visual, tremor, hiperrefleksia, dan peningkatan aktivitas simpatik. Digunakan dalam penelitian penyelidikan keadaan yang menyerupai psikosis. Tidak untuk terapi atau diagnostik (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008).
Dietilamid asam lisergat (LSD) menyerupai rumus ergonovin. Pada orang normal menimbulkan gejala mirip efek pemberian meskalin, euforia atau disforia, depersonalisasi, perasaan curiga, dan sifat agresif. Digunakan dalam penelitian untuk menimbulkan keadaan psikosis (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2008).


DAFTAR PUSTAKA

Schmitz, G., H, Lepper., dan M, Heidrich. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, hal. 195.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokterann Universitas Sriwijaya. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, hal. 498.
Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 2. Penerbit Kanisius. Yogyakarta, hal. 404 dan 419-420.
Read more »

 
Powered by Blogger