Saturday, February 25, 2012

Perbandingan Titrasi Potensiometrik Dibandingkan Metode Lain

Kelebihan
  1. Biaya yang dibutuhkan lebih rendah dibandingkan metode dengan menggunakan instrumen-instrumen saintifik seperti Spektrofotometri, KCKT, dll
  2. Bersifat nondestruktif terhadap sampel (penyisipan elektroda tidak mengubah komposisi larutan uji)
  3. Membutuhkan sampel yang lebih sedikit dibandingkan metode volumetri
  4. Tidak membutuhkan indikator seperti pada metode volumetric
  5. Lebih sensitif terhadap perubahan pH dibandingkan dengan metode volumetri
  6. Tidak menimbulkan kesalahan persepsi mengenai perubahan warna karena tidak perlu menggunakan indikator warna.

Kekurangan
  1. Memiliki keterbatasan dalam akurasi karena analit muncul dalam bentuk log
  2. Membutuhan waktu yang cukup lama dalam menganalisis dibandingkan instrumen-instrumen lain
Sumber
Day, RA., A.L. Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Diterjemahkan oleh Iis Sopyan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Read more »

Thursday, February 9, 2012

Soal UAS Kimia Klinik Bu Eli

by : Vani Pratami
edited by : Valdis Rein

1. a. Kenapa Ureum dan kreatinin dipilih untuk diagnosa ginjal dan uji mana yang lebih baik?
Jawab:
Ureum dan Kreatinin
- Ureum : sekresi ureum berasal dari waste product metabolisme nitrogen (protein). Saat gagal ginjal uremia/azotemia, waste product ini akan terakumulasi di dalam serum karena ginjal tidak bisa mensekresikannya, sementara sekresi ureum ini hanya lewat ginjal saja. Akhirnya meningkatkan kadar nitrogen urea darah (BUN), sehingga parameter pengujian gagal ginjal ini dapat dilakukan dengan mengukur kadar urea dalam serum.
- Kreatinin : sekresi kreatinin merupakan waste product metabolisme kreatinin fosfat dalam otot yang berdifusi ke dalam plasma untuk disekresikan ke dalam urin lewat ginjal. Dalam keadaan gagal ginjal, kreatinin ditahan bersama unsur nonprotein lainnya dalam plasma karena tidak dapat disekresikan. Maka dari itu pengukuran kreatinin dapat dilakukan dengan mengukur kadar urea dalam serum.

The choice is Kreatinin, karena tidak seperti ureum, sekresi ureum juga dipengaruhi oleh konsumsi makanan sehingga tidak dapat dipastikan bahwa hasil pengukuran ureum itu murni hasil metabolisme tubuh atau yang sudah bergabung dengan hasil perombakan makanan. Sementara kreatinin hanya dipengaruhi oleh aktivitas otot, dan metabolisme tetap konstan.

b. Bagaimana diagnosis pasien asidosis dan alkalosis dan bagaimana penyembuhannya?
Jawab:
Diagnosis pasien asidosis dan alkalosis :
- Asidosis : sakit kepala, mual, muntah, bisa sampai koma dan meninggal apabila pH < 6. Saat asidosis, kadar H+ tinggi dan kadar HCO3- nya rendah (< 22 mEq/l). Maka dari itu saat mendiagnosis, perlu diperhatikan pula pH darah dari gas CO2 dan HCO3-. Asidosis terbagi menjadi dua, yakni metabolic dan respiratorik. Asidosis metabolic terjadi apabila kadar HCO3- plasma rendah dan respiratorik apabila tekanan CO2 tinggi. Asidosis metabolic dapat terjadi pada pasien gagal ginjal, hipoksia dan DM. Sedangkan, respiratorik terjadi pada pasien asma dan bronchitis.Treatment dengan ringer laktat IV. - Alkalosis : umumnya akibat diare berat (dehidrasi), gejala yg ditimbulkan adalah takikardia, disritmia, tremor, dan rendahnya kemampuan bernafas. Dilihat dengan mengukur kadar H+ (akan rendah) dan HCO3- dan tekanan CO2 (akan tinggi : >36 mEq/l). Keadaan metabolic dan respiratoriknya nerkebalikan dengan asidosis. Alkalosis metabolic biasanya terjadi pada pasien dengan penyumbatan pylorus. Sedangkan respiratorik pada pasien udem dan fibrosis paru2. Treatment dengan larutan klorida + elektrolit lewat IV.

2. Apa yang dimaksud dengan hipertensi dan bagaimana mendiagnosisnya?
Jawab:
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah meningkat akibat berbagai factor, tergantung jenis dari hipertensi itu sendiri.. Terdiri dari hipertensi primer (idiopatik) dan sekunder (akibat penyakit yg diderita). Umumnya, hipertensi terjadi akibat naiknya TD atau volume cairan tubuh, sehingga dpt meningkatkan kontraksi jantung utk memompa darah. Diagnosis dengan ukur Tekanan Darah, normal : 120/80.

3. a. Sebutkan macam-macam parameter uji tiroid dan jelaskan parameter uji mana yang paling baik!
Jawab:
Thyroid disorder
Terdapat strategi pengukuran kelainan tiroid, yakni dengan mengukur
1. TT3/TT4
2. FT4I
3. FT4/FT3
4. TSH
5. FT4 + TSHs
Pengukuran paling baik adalah pada nomor 5, yakni mengukur FT4 dan TSHs. Dengan mengukur FT4, tiroid yang terukur sdengan dlm keadaan bebas tanpa terikat pada protein lain seperti Tiroglobulin, tiroglobulin ini berbeda-beda kadarnya pada orang hamil dan yang sedang mengonsumsi obat-obatan. TSHs juga akan memberikan informasi diagnostic yang lebih baik. Parameter ini dapat membedakan jenis kelainan tiroid, beserta tipenya (primer, sekunder, atau tersier).

b. Bagaimana diagnosis pasien yang mengalami gangguan tiroid?
Jawab:
Diagnosis kelainan tiroid dapat dilakukan dengan melihat gejala yang ditimbulkan oleh pasien
Berikut perbedaan symptoms tiroid ;

- Hipotiroid : kadar FT4 rendah dan TSH tinggi (klinik), FT4 normal TSH tinggi (subklinik)
- Hipertiroid : kadar FT4 tinggi dan TSH rendah (klinik), FT4 normal TSH rendah (subklinik)
- Adapun tambahan kelainan, yakni apabila :
• FT4 tinggi TSH tinggi : hipofisis resistensi akibat tumor
• FT4 rendah TSH rendah : kelainan hipofisis karena tidak dapat terstimulasi oleh FT4.
Read more »

Friday, February 3, 2012

Metode Pengujian Aktivitas Analgesik

Metode-metode pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan ras nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi secara maknik, termik, elekrik, dan secara kimia. Metode pengujian dengan induksi nyeri secara mekanik atau termik lebih sesuai untuk mengevaluasi obat-obat analgetik kuat. Pada umumnya daya kerja analgetika dinilai pada hewan dengan mengukut besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulasi nyeri atau juga peranan frekuensi respon nyeri (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993).

1. Metode geliat
Obat uji dinilai kemampuannya dalam menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi secara (pemberian asam asetat secara intraperitonial) pada hewan percobaan mencit (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993). Manifestasi nyeri akibat pemberian perangsang nyeri asam asetat intraperitonium akan menimbulkan refleks respon geliat (writhing) yang berupa tarikan kaki ke belakang, penarikan kembali abdomen (retraksi) dan kejang tetani dengan membengkokkan kepala dan kaki belakang. Metode ini dikenal sebagai Writhing Reflex Test atau Abdominal Constriction Test (Wuryaningsih,1996). Frekuensi gerakan ini dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakannya (Kelompok Kerja Phytomedica, 1993). Metode ini tidak hanya sederhana dan dapat dipercaya tetapi juga memberikan evaluasi yang cepat terhadap jenis analgesik perifer (Gupta et al., 2003).

2. Metode Listrik
Metode ini menggunakan aliran listrik sebagai penginduksi nyeri (Vohora dan Dandiya, 1992). Sebagai respon terhadap nyeri, hewan akan menunjukkan gerakan atau cicitan. Arus listrik dapat ditingkatkan sesuai dengan kekuatan analgesik yang diberikan. Metode ini dapat dilakukan terhadap kera, anjing, kucing, kelinci, tikus dan mencit (Manihuruk, 2000).

3. Metode Panas
Tiga metode yang bisa digunakan untuk memberikan rangsangan panas:
a. Pencelupan ekor hewan percobaan dalam penangas air panas yang dipertahankan pada suhu 60 ± 1oC.
b. Penggunaan panas radiasi terhadap ekor hewan percobaan melalui kawat Ni panas (5,5 ± 0,05 Amps) (Vohora dan Dandiya, 1992).
c. Metode hot plate
Metode ini cocok untuk evaluasi analgesik sentral (Gupta et al., 2003). Pada metode ini hewan percaobaan diletakkan dalam beaker glass di atas plat panas (56 ± 1oC) sebagai stimulus nyeri. Hewan percobaan akan memberikan respon terhadap nyeri dengan menggunakan atau menjilat kaki depan. Peningkatan waktu reaksi yaitu waktu antara pemberian stimulus nyeri dan terjadinya respon dapat dijadikan parameter untuk evaluasi aktivitas analgesik (Adeyemi, 2001).

4. Metode Mekanik
Metode ini menggunakan tekanan sebagai penginduksi nyeri. Tekanan diberikan pada ekor atau kaki hewan percobaan. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah tekanan yang diperlukan untuk menimbulkan nyeri sebelum dan sesudah diberi obat. Metode ini dapat dilakukan terhadap anjing, tikus, dan mencit (Manihuruk, 2000).

Referensi
Adeyemi. 2001. Analgesic and Anti-inflammatory Effects of The Aqueous Extract of Leaves of Persea americana Mill. (Lauraceae). Italy: J. Fitoterapia, 73, Elsevier, Indena, p. 375-377.
Gupta, M., U.K. Mazumder, R.S. Kumar dan T.S. Kumar. 2003. Studies on Anti- inflammatory, Analgesic and Antipyretic Properties of Methanol Extract of Caesalpinia bonducella leaves in Experimental Animal Models, Iranian J. Pharmacology & Therapeutics. Calcutta, India: Razi Institute for Drug Research.
Kelompok Kerja Phyto Medica. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinis. Jakarta: Yayasan Phytomedica. hal. 3-6.
Manihuruk, E. Skripsi: Aktivitas Analgesik Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour.) Merr. dan Gynura pseudochina (L.) DC.) pada Mencit Dengan Metode Geliat. Jatinangor: Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Padjadjaran. hal. 18.
Vohora, S.B. and P.C. Dandiya. 1992. Herbal Analgesic Drugs. Italy: J. Fitoterapia, LXIII (3), Elsevier, Indena. p. 202
Wuryaningsih, L.E., M.A. Rarome, T. Windono. 1996. Uji Analgesik Ekstrak Etanol Kering Rimpang Kencur Asal Purwodadi pada Mencit Dengan Metode Geliat (Writhing Reflex Test), 3. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. hal. 24-25.
Read more »

 
Powered by Blogger