Mekanisme Nyeri
Teori-teori yang mengemukakan mekanisme nyeri adalah teori spesifistas, teori intensitas, teori pola, dan teori gerbang nyeri.
Teori-teori yang mengemukakan mekanisme nyeri adalah teori spesifistas, teori intensitas, teori pola, dan teori gerbang nyeri.
1. Teori Spesifistas
Teori spesifistas mengemukakan empat kategori sensasi kulit yang utama: (1)sentuhan, (2) panas, (3) dingin, dan (4) nyeri. Setiap sensasi pada kulit adalah hasil stimulasi tempat reseptor nyeri spesifik pada kulit. Stimulasi ujung saraf reseptor nyeri mempercepat transmisi rangsangan nyeri (melalui serabut A dan C) ke medula spinalis. Neuron-neuron nyeri membentuk sinaps dalam substansia gelatinosa dan bertemu dengan bagian lain yang berlawanan dari medula spinalis, mendaki ke otak melalui traktus spinotalamikus. Rasa nyeri kemudian terjadi di daerah spesifik dari talamus dan korteks serebri. Menurut teori spesifisitas, hubungan langsung terjadi antara rangsangan dan persepsi nyeri. Teori ini mengemukakan adanya reseptor nyeri spesifik pada kulit dan menjelaskan mengapa kerusakan jaringan yang sebenarnya menyebabkan nyeri, teori ini gagal untuk menerangkan adaptasi terhadap nyeri dan efek faktor-faktor psikososial pada persepsi nyeri.
2. Teori Intensitas
Teori intensitas mengemukakan bahwa nyeri berasal dari stimulasi reseptor nyeri yang berlebihan. Nyeri terjadi jika rangsangan diterapkan dengan intensitas yang cukup. Stimulasi yang berlebihan terhadap reseptor atau kondisi patologis yang meningkatkan penyajian terakhir impuls yang dihasilkan oleh rangsangan nonnoksius dapat menyebabkan nyeri. Teori ini tidak menerangkan rangsangan yang kuat dari beberapa tempat yang tidak menghasilkan nyeri.
3. Teori Pola
Teori pola mengemukakan bahwa persepsi nyeri adalah hasil dari intensitas rangsangan (fungsi dari lama waktu dan jumlah jaringan yang terlibat) dan penyajian terakhir dari impuls. Menurut teori pola, reseptor nonspesifik meneruskan pola impuls saraf dari kulit ke medula spinalis. Pola-pola tertentu dari impuls kemudian dirasakan sebagai nyeri. Teori pola tidak menerangkan adaptasi terhadap nyeri, tetapi teori ini memberikan banyak faktor yang berkontribusi terhadap persepsi nyeri.
4. Teori Gerbang Nyeri
Teori gerbang nyeri menggambarkan bagaimana rangsangan yang merusak ditransmisikan oleh serabut besar aferen yang bermielin, yang mungkin mencegah penerusan rangsangan nyeri. Menurut teori ini, impuls nosiseptif diteruskan dari reseptor kulit khusus ke medula spinalis melalui serabut A besar dan serabut C kecil. Serabut-serabut ini berakhir di substansia gelatinosa, di akar dorsal dari sumsum tulang belakang. Sel-sel dalam substansia gelatinosa berfungsi sebagai gerbang, mengatur penerusan impuls ke SSP. Stimulasi serabut saraf besar menyebabkan sel-sel dalam substansia gelatinosa "menutup gerbang". Gerbang yang tertutup menurunkan stimulasi sel-sel pemicu, menurunkan penerusan impuls, dan mengurangi persepsi nyeri. Stimulasi yang tetap dari serabut saraf besar menyebabkan terjadinya adaptasi. Ketika adaptasi impuls dari serabut saraf besar terjadi, hasilnya adalah peningkatan yang relatif dari aktivitas sel-sel saraf kecil. Adaptasi terhadap serabut saraf besar mungkin "membuka gerbang". Goresan dan getaran mencegah adaptasi serabut saraf besar dan menjaga gerbang tertutup selama periode waktu yang lama, mengurangi nyeri. Input serabut saraf besar menghalangi sel-sel dalam substansia gelatinosa dan membuka gerbang. Gerbang yang terbuka meningkatkan stimulasi sel-sel pemicu, meningkatkan transmisi impuls, dan mempertinggi persepsi nyeri. Teori gerbang nyeri menjelaskan mengenai bagaimana harapan personal dan kultural, suasana hati, dan rasa takut dapat mempengaruhi persepsi seseorang mengenai nyeri dan toleransi nyeri. Teori gerbang nyeri menjelaskan bagaimana pengalihan perhatian (distracction), sedangkan pemusatan perhatian terhadap suatu rangsangan nyeri dapat menyebabkannya semakin terasa (Corwin, 1997). Dengan demikian, fungsi kognitif mungkin mengatur persepsi nyeri. interaksi dari sistem kognitif/evaluatif, motivasional/afektif, dan sensori/diskriminatif menentukan tanggapan nyeri individu. Teori gerbang nyeri sangat berpengaruh, tetapi teori ini tidak tepat berkenaan dengan perincian yang spesifik, yaitu adanya hasil eksitasi dan inhibisi dari serabut saraf C adalah tidak mungkin (McCance dan Huether, 2002).
0 comments:
Post a Comment