Sunday, November 13, 2011

NUTRACEUTICAL CODEX OF GINSENG EFFERVESCENT TABLET

Tugas Analisis Kimia Bahan Makanan

1. RUANG LINGKUP
1.1 Standar ini dapat diaplikasikan terhadap produk ginseng yang disebutkan di bagian 2 dibawah ini dan dapat diterima untuk konsumsi langsung, termasuk untuk tujuan katering atau untuk repaking jika diperlukan. Tidak diaplikasikan terhadap produk ketika diindikasikan karena sedang dimaksudkan untuk proses yang lebih lanjut. Standar ini diaplikasikan terhadap produk-produk ginseng yang digunakan sebagai makanan atau bahan makanan dan tidak diaplikasikan terhadap produk-produk untuk obat.
1.2 Standar ini diaplikasikan hanya pada yuridiksi tersebut dimana produk-produk didefinisikan pada 2.1 yang diregulasikan sebagai makanan.

2. DESKRIPSI
Tablet Effervescent ginseng jawa merupakan tablet effervescent yang dibuat dengan zat aktif ginseng jawa (Talinum paniculatum).Ekstrak Ginseng jawa dibuat dengan metode infundasi menggunakan aqua sebagai pelarut. Bubuk ekstrak dibuat dengan metode pengeringan semprot cairan ekstrak yang diperoleh (Anshory, et al, 2009).
Tablet effervescent dibuat dengan aspartam sebagai pemanis. Tablet effervescent harus memenuhi kriteria keseragaman berat, kekerasan, kerapuhan, waktu kelarutan dan rasa yang telah ditentukan. Penyimpanan tablet effervescent harus dalam wadah yang tertutup rapat terlindung dari air dan udara luar (Anshory, et al, 2009).

3. KOMPOSISI DAN FAKTOR KUALITAS
3.1 BAHAN-BAHAN
Bahan wajib produk ginseng adalah akar ginseng segar yang cocok untuk dimakan, berasal dari Panax ginseng C.A. Meyer dan P. quinquefolius L., dibudidayakan untuk tujuan komersial dan digunakan sebagai makanan. Produk ginseng harus dikemas sedemikian rupa untuk menjaga higienis, gizi, teknologi dan kualitas organoleptik produk.
Kandungan Ginseng :
Kandungan kimia ginseng yang telah diketahui adalah saponin dan glikosida. Glikosida pada akar ginseng dikenal sebagai ginsenosida . Selain itu, akar ginseng juga mengandungi 16jenis ginsenosida seperti minyak asiri , panasena, resih, musilago, asam panax, fitosterol, hormon, vitamin B, kabohirat dan selulosa. Pada tahun 1960 an, sejenis sebatian yang dikenal sebagai “terpenidol glycisides” telah ditemui oleh peneliti-peneliti Moskow dan Tokyo (Arif, 2011).
3.2 FAKTOR KUALITAS
Produk ginseng akan memiliki rasa yang normal, warna, rasa dan ginsenosida unik untuk ginseng serta bebas dari hal-hal asing.
3.2.1 Ginseng Kering
(a) Kelembaban: tidak lebih dari 14.0% (Tipe serbuk: tidak lebih dari 9.0%)
(b) Abu: tidak lebih dari 6.0%
(c) Ekstrak jenuh air-butanol: tidak kurang dari 20 mg/g
(d) Ginsenosida RB1: untuk diidentifikasi
Selain itu, dalam kasus produk yang diproduksi dari P. ginseng CA Meyer, Rf ginsenosida harus dapat diidentifikasi.
3.2.2 Ekstrak Ginseng
3.2.2.1 Ekstrak Ginseng (larutan)
(a) Padat: tidak kurang dari 60,0%
(b) Padatan tidak larut air: tidak lebih dari 3,0%
(c) Ekstrak jenuh air-butanol : tidak kurang dari 70 mg/g
(d) Ginsenosida RB1: untuk diidentifikasi
Selain itu, dalam kasus produk yang diproduksi dari P. ginseng CA Meyer, Rf ginsenosida harus dapat diidentifikasi.
3.2.2.2 Ekstrak Ginseng (serbuk)
(a) Kelembaban: tidak lebih dari 8.0%
(b) Padatan tidak larut air: tidak lebih dari 3,0%
(c) Ekstrak jenuh air-butanol : tidak kurang dari 70 mg/g
(d) Ginsenosida RB1: untuk diidentifikasi
Selain itu, dalam kasus produk yang diproduksi dari P. ginseng CA Meyer, Rf ginsenosida harus dapat diidentifikasi.
3.3 BENTUK KERUSAKAN
Berikut kerusakan yang dapat terjadi pada ginseng kering.
(a) Ginseng yang rusak karena serangga: Ginseng yang tampak rusak oleh serangga atau berisi serangga mati.
(b) Ginseng berjamur: Ginseng yang tampak dipengaruhi oleh jamur.

4. KONTAMINAN
Produk yang dicakup oleh standar ini harus sesuai dengan tingkat maksimum Codex Standar Umum untuk Kontaminan dan Racun dalam Makanan (CODEX / STAN 193-1995).
Produk yang dicakup oleh standar ini harus sesuai dengan batas maksimum residu untuk pestisida yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission.

5. HIGIENITAS
5.1 Disarankan bahwa produk yang tercakup oleh ketentuan-ketentuan Standar ini disusun dan ditangani sesuai dengan bagian yang semestinya dari Kode Internasional yang Direkomendasikan dari Praktik - Prinsip Umum Higiene Pangan (CAC / RCP 1-1969), dan Codex teks lainnya yang relevan, seperti Kode Praktek Higienis dan Kode Praktek.
5.2 Produk harus sesuai dengan kriteria mikrobiologi yang ditetapkan sesuai dengan
Prinsip-Prinsip Pembentukan dan Kriteria Mikrobiologi Aplikasi untuk Makanan (CAC / GL 21-1997).

6. PENGEMASAN
Banyak kegagalan produk effervescent terjadi setiap tahun karena bahan kemasan yang tidak memadai. Banyak sekali pilihan bahan kemasan ini dibuat berdasarkan harga, bukan mempertimbangkan masalah stabilitas. Jenis yang paling umum dari kemasan adalah foil packets dan tabung. Lubang kecil adalah masalah umum dalam paket foil. Jika mengganti dengan heavier-gauge foil (biasanya lebih mahal), akan sangat mengurangi jumlah lubang jarum. Daerah dalam foil packets harus cukup besar untuk memegang tablet tanpa menciptakan tekanan pada foil. Namun, hal itu harus diusahakan sekecil mungkin untuk meminimalkan jumlah "rongga udara" yang terperangkap di dalam (Lee, 2010).
Tabung terbuat dari plastik, kaca, atau aluminium ekstrusi dengan cap yang mengandung desiccants. Desiccants digunakan untuk mengikat setiap kelembaban bebas dalam tablet atau di udara untuk mencegah berreaksi dengan effervescent. Pastikan untuk melakukan studi stabilitas baik pada tabung dan setiap kemasan lain (Lee, 2010).
Brosur Dan Kemasan
Tablet effervescent harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab, sedangkan pada etiket tertera tidak langsung ditelan (Andayana, 2009)
Pada setiap brosur atau kemasan obat selalu dicantumkan (Depkes RI, 2006):
• Nama obat
• Komposisi
• Indikasi
• Informasi cara kerja obat
• Aturan pakai
• Peringatan (khusus untuk obat bebas terbatas)
• Perhatian
• Nama produsen
• Nomor batch/lot .
Pelabelan
Menurut CODEX STAN 1-1985, umumnya produk-produk makanan maupun nutrasitikal pada pelabelannya mencakup:
1. Nama Produk
Nama produk dari produk yang akan diproduksi.
2. Daftar Bahan-bahan yang Digunakan
Mencakup berbagai senyawa yang digunakan termasuk bahan tambahan yang digunakan dalam produksi maupun preparasi.
3. Netto dan Berat Kering
Netto dan berat kering produk juga harus dicantumkan.
4. Nama dan Alamat
Nama dan alamat produsen, distributor, importer, eksporter, atau vendor juga harus dicantumkan.
5. Negara Asal
Negara asal dari makanan atau produk tersebut
6. Lot/ Batch
Kode atau batch dari setiap produk yang diproduksi
7. Tanggal (pembuatan dan kadaluarsa) dan Instruksi Penyimpanan
Memberi informasi waktu produk tersebut masi dapat digunakan dan memeberi informasi mengenai penyimpanan agar produk tersebut dapat tahan lama.
8. Instruksi Penggunaan
Informasi mengenai penggunaan produk agar produk dapat bermanfaat bagi pengguna.
Untuk produk ginseng, dalam CODEX STAN 295R-2009 REGIONAL STANDARD FOR GINSENG PRODUCTS, pelabelannya dapat mencantumkan :
1. Nama produk
Nama produk ini disesuaikan dengan tipe dari produk ginseng.
2. Species ginseng yang digunakan
Semua produk ginseng harus dilabeli dengan nama spesies ginseng yang digunakan untuk bahan material dan biasanya dilengkapi dengan asal Negara species ginseng tersebut.
3. Negara asal
Pada labeling pun harus dicantumkan Negara asal pembuatan produk.

7. METODE ANALISIS
7.1 Preparasi Akar Ginseng Jawa
Bagian akar ginseng jawa yang telah dikeringkan, dihaluskan dengan blender kemudian disari menggunakan cara infundasi. Ekstrak cair yang diperoleh dikeringkan menggunakan alat Spry Drying sehingga dihasilkan serbuk ekstrak kering.
7.2 Pembuatan Tablet effervescent ekstrak ginseng jawa
Formulasi tablet effervescent ekstrak ginseng jawa dibuat sesuai dengan formula yang ditunjukkan pada tabel 1. Serbuk kering ekstrak ginseng jawa dicampur dengan manitol kemudian berturut-turut ditambahkan asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat. Campuran diaduk sampai homogen kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 70ÂșC selama 45 menit. Campuran diayak dengan ukuran mesh 40, selanjutnya di tambahkan PEG 4000 dan pemanis aspartam, campuran diaduk sampai homogen dan dicetak menggunakan mesin cetak tablet single punch (Korch type EK O) (Anshory, et al, 2006).
7.3 Kandungan ginseng yang berkhasiat
Ginsenosida dengan kandungan :
Saponin, glikosida, minyak atsiri, panasena, resin, musilago, asam panax, fitosterol, hormon, vitamin B, karbohidrat, selulosa, dan triterpen (Manuputy, 2008).
7.4 Metode analisis Ginsenosida
Digunakan metode analisis denga Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Fasa diam dari bahan Oktadesil disiapkan dan digunakan untuk menyiapkan kolom KCKT. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran Asetonitril : Air (27,5 : 72,5) dengan laju alir 1ml/menit. Detektor yang digunakan adalah spektrofotometer UV pada panjang gelombang 203 nm (Kanazawa, 1987).

8. SAMPLING
Metode Pengambilan Sampel (Sampling) pada Metode Analisis Tablet Effervescent Ginseng
• Kandungan Zat Tak Larut Air
Sebanyak 1 gram sampel serbuk/granul ginseng ditempatkan dalam tabung sentrifugasi ukuran 25 ml dengan berat yang konstan. Kemudian di sentrifugasi selama 15 menit pada kecepatan 3000 rpm. Diambil supernatan produk
• Kandungan 1-butanol jenuh
1. Campurkan 1-butanol dengan air dengan perbandingan 70 : 30, tempatkan pada corong pisah dan kocok. Diamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Kemudian lapisan air dibuang, lapisan 1-butanol diambil. (larutan a)
2. Untuk sampel serbuk (atau granul effervescent), tempatkan 1-2 gram pada labu erlenmeyer, kemudian tambahkan 60 ml air dan pindahkan pada corong pisah. Tambahkan 60 ml dietil eter, kemudian kocok dan diamkan sampai terdapat 2 lapisan. Ambil lapisan bawah dan ekstraksi dengan larutan a. Ambil lapisan atas (lapisan 1-butanol) kemudian dievaporasi.
• Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
50 mg serbuk ginseng atau granul effervescent ginseng dilarutkan dalam 2 ml methanol 30 % dalam air, kemudian dicampurkan dengan metode vortex selama 10 detik, dipanaskan pada suhu 50 derajat Celsius selama 30 menit, kemudian dicampurkan kembali dengan metode vortex selama 10 detik. Kemudian dilakukan proses sentrifugasi selama 15 menit. Hasil sentrifugasi kemudian dianalisis dengan metode KCKT dengan kolom C18.
• Metode Kromatografi Gas-Spektrofotometri Massa
Sampel produk (tablet effervescent) diserbuk terlebih dahulu, atau dalam bentuk granul, kemudian disaponifikasi dan diderivatisasi dengan menggunakan boron triflorida dalam metanol. Kemudian dianalisis dengan menggunakan Metode Kromatografi gas-Spektrofotometri Massa dengan menggunakan kolom polar Carbowax.

Untuk lebih lengkapnya silakan download disini

0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger