Monday, May 16, 2011

Pembuatan Salep/Krim

Baik dalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua metode umum yaitu pencampuran dan peleburan. Metode untuk pembuatan tertentu terutama tergantung pada sifat-sifat bahannya (Anief, 1997).
Pada metode pencampuran, komponen dari salep dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai. Pada skala kecil seperti resep yang dibuat tanpa persiapan, ahli farmasi dapat mencampur komponen-komponen dari salep dalam limping dengan sebuah alu atau dapat juga menggunakan sudip dan lempeng salep untuk menggerus bahan bersama-sama. Beberapa lempeng salep dari gelas adalah gelas penggiling supaya dapat lebih hancur pada proses penggerusan. Beberapa ahli farmasi memanfaatkan kertas perkamen yang tidak mengabsorbsi yang cukup besar untuk menutupi permukaan tempat kerja dan memiliki kelebihan dalam pembuatan sampah, mengurangi tambahan waktu pekerjaan membersihkan lempeng salep tersebut (Anief, 1997).
Pencampuran bahan padat. Pada pembuatan salep dengan menggunakan spatula, biasanya ahli farmasi mengerjakan salep dengan spatula logam tahan karat dengan belahan yang panjang dan lebar, serta secara periodic memindahkan kumpulan dari salep ke atas spatula yang lebih besar dengan spatula kecil. Salep yang dibuat dengan cara menggerus/menggosokkanya serta meratakan dan mengumpulkan komponen-komponennya pada permukaan yang kasar dengan spatula sampai hasilnya lembut dan rata. Pada umumnya dasar salep ditempatkan disebelah atas dari permukaan tempat kerja, komponen serbuk dihaluskan lebih dahulu dan supaya dapat digerus secara merata dalam lumping. Lalu sebagian dari serbuk dicampur dengan sebagian dasar salep sampai merata, proses ini diulang sampai semua bagian dari serbuk dan dasar salep bercampur. Bagian bagian yang dibuat salep kemudian dicampurkan, digerus sampai merata dengan gerakan terus menerus dari spatula dan sampai bagian-bagian salep tercampu semua (Anief, 1997).
Apabila hanya sebagian kecil dari serbuk ditambahkan, ini dapat ditambahkan seluruhnya ke dalam sebagian kecil dari dasar salep. Setelah keduanya bercampur, bagian lain dicantumkan untuk campuran, proses ini diulang-ulang seperti “metode geometric” pada penggunaan sehingga semua dasar salep bercampur. Bahan padat yang larut dalam pelarut biasa yang tidak akan mempengaruhi baik terhadap stabilitas obat maupun efektifitas obat dari produk bisa dilarutkan dahulu dalam pelarut itu dan kemudian larutannya ditambahkan kepada dasar salep dengan spatula atau dengan mengaduknya dalam lumping dan alu, umumnya lumpang dan alu lebih disukai bila volume dari cairan yang ditambahkan besar, karena cairan lebih baik ditampung dalam lumpang dari pada dalam lempeng salep (Anief, 1997).
Pencampuran Cairan. Bahan cairan atau larutan obat, seperti diuraikan di atas dapat ditambahkan setelah pertimbangan sifat-sifat salepnya. Misalnya larutan atau preparat berair akan menjadi sukar ditambahkan ke dalam salep berlemak kecuali dalam jumlah yang kecil. Tetapi dasar salep yang dapat menyerap air atau hidrofilik akan lebih sesuai untuk absorbsi atau pencampuran dari larutan berair. Sering apabila ditambahkan preparat cair kepada dasar salep yang bersifat hidrofobik, seorang ahli farmasi mengatakan sebagian dasar salepnya dengan yang hidrofilik, setelah mencampurkan larutan berair dalam dasar hidrofilik, kemudian aduk hasilnya dengan dasar salep yang pertama (Anief, 1997).
Metode yang lainnya adalah metode peleburan. Dengan metode peleburan ini semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk. Tentu saja bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperature dari cairan telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapan dari komponen. Banyak bahan-bahan ditambahkan pada campuran yang membeku dalam bentuk larutan, yang lain penambahan sebagai serbuk yang tidak larut, biasanya digerus dengan sebagian dasar salep. Dalam skala kecil proses peleburan dapat dilakukan pada pada cawan porseln atau gelas beker (Anief, 1997).
Krim biasanya digunakan sebagai emolien yaitu obat topical, khususnya minyak atau lemak, digunakan untuk melembutkan kulit dan membuat lebih lentur (krim pendingin). Vanishing cream umumnya merupakan emulsi minyak dalam air, mengandung air dalam presentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis (Anief, 1997).
Banyak dokter dan pasien lebih suka pada krim dari pada salep, untuk satu hal, umunya mudah menyebar rata dan dalam hal krim dari emulsi jenis minyak dalam air lebih mudah dibersihkan dari pada kebanyakan salep. Pabrik farmasi sering memasarkan preparat topikalnya dalam bentuk dasar krim maupun salep, kedua-duanya untuk memuaskan kesukaan dari dokter dan pasien. Krim harus diawetkan dan dikemas dengan baik pada suhu kamar agar emulsinya tidak rusak karena suhu maupun cahaya (Anief, 1997).

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh., 1997. Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Artikel terkait:
Krim

0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger